TAWADHU adalah sikap rendah hati yang selalu merasa kurang, tak henti menuntut ilmu. Ibarat padi makin matang makin merunduk.
Semakin tambah ilmunya semakin tambah pula amalan kebaikannya, kewaspadaannya, kehati-hatiannya dalam bertaqwa pada Allah.
tawadhu adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya.
Tawadhu adalah akhlak yang sangat penting dimiliki setiap insan, sebab sifat ini akan melahirkan berbagai sikap mulia di tengah masyarakat.
Baca Juga: Kecolongan Lagi di Kasus Gagal Ginjal Akut, Komisi IX Desak Pembentukan TGIPF
Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya berhias diri dengan sikap rendah hati. “....berendah hatilah engkau terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 88).
Tawadhu merupakan sifat nabi, rasul, sahabat nabi, dan orang-orang saleh.
Rasulullah tidak suka disanjung secara berlebihan, bersabda: “Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim).
Umar bin Khattab pernah berkata “Bersikap tawadhu’-lah terhadap orang-orang yang mengajari kalian. Janganlah kalian menjadi musuhnya para ulama. Sebab, ilmu kalian tidak akan tegak dengan kebodohan kalian”.
Baca Juga: Merangkak Naik, Juventus Buka Kans ke Eropa
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.”
Yang demikian hanya dimiliki orang-orang yang tawadhu, rendah hati (bukan rendah diri). Selalu merasa kurang dalam mencari ilmu merasa belum cukup ilmu yang dimiliki.
Rasulullah suka menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memperbaiki sendiri sendalnya yang rusak, menjahit dan menambal sendiri pakaiannya yang robek.
Rasulullah ketika di rumah gemar mengerjakan sesuatu untuk keperluan keluarga.
Baca Juga: Rekomendasi Film Thailand Terbaik di Netflix
Artikel Terkait
Siang Malam Karunia Allah
Menuju Bahagia
Azab Konsekuensi dari Pengingkaran
Bicara dan Mendengar