SEORANG hamba yang sadar bahwa Allah melihat orang tersebut melakukan keburukan, ia akan malu terhadap Allah, lalu mendorongnya istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya.
Sifat malu tak dapat dipisahkan dari keimanan, semakin kuat iman seseorang, semakin tebal pula rasa malunya.
Imam Al Ghazali dari kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan yang dimaksudkan malu dalam hal ini adalah sifat malu yang menghalangi seseorang dari perbuatan tercela, bukan malu yang menghalangi untuk berbuat kebaikan atau dalam menuntut ilmu.
Baca Juga: 5 Nutrisi Memperlambat Penuaan Kulit, Semua Bahan Mudah Didapat
Rasulullah dikenal sebagai orang yang sangat pemalu. Sahabat Nabi, Imran bin Hushain mengatakan: “Nabi adalah orang yang lebih pemalu daripada para gadis perawan dalam pingitannya” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Ketika iman seseorang sedang goyah ada kalanya rasa malu itu luntur. Rasulullah bersabda: “Malu dan iman saling berpasangan. Bila salah satunya hilang, maka yang lain turut hilang.” (HR: Hakim). Rasulullah juga bersabda,“Rasa malu adalah salah satu dari cabang iman".(Muttafaq 'alaih).
Merasa malu terhadap diri sendiri juga terhadap orang lain akan mendorongnya meningkatkan ketaatan kepada Allah dan akan melahirkan perbuatan terpuji.
Baca Juga: Jangan Dibiasakan! Minum Sambil Berdiri Ternyata Berbahaya Bagi Kesehatan
Tapi ada malu yang tercela yakni malu untuk menuntut ilmu syar’i, malu mengaji, membaca Alqur’an, shalat, bagi wanita malu berhijab, malu untuk melakukan kebaikan, kebenaran dan berkata jujur, malu ketika membela ajaran Islam, malu mengingkari kemungkaran.
“Rasulullah bersabda Malu itu tidak mendatangkan sesuatu selain kebaikan”(Muttafaq ‘alaih).
Artikel Terkait
Mumpung Masih Ada Waktu
Berpikir Pangkal Kebaikan
Akhlak dan Kebahagiaan
Bacaan Paripurna Terjaga Keasliannya
Buku Teman Setia
Kesembuhan Dari Allah