Seseorang yang tengah kasmaran biasanya perasaannya diliputi rasa cemburu. Ketika ada orang lain meski hanya ingin menyapanya muncullah rasa cemburu, apalagi kalau sampai orang tersebut melecehkannya pasti luapan marah yang muncul.
Ghirah adalah kecemburuan dalam beragama. Cemburu itu bukan sekadar marah atau kesal atau jengkel, melainkan perasaan tak rela karena haknya direnggut dan ingin merebut kembali haknya.
Cemburu dalam beragama dinamakan Ghirah, kata Buya Hamka dalam bukunya “Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam (1983)”. Buya mengatakan ghirah adalah perasaan cemburunya orang beriman. Merupakan semangat dan sebagai nyawanya umat muslim.
Perasaan mencintai agamanya secara mendalam akan merasa terganggu ketika agamanya dilecehkan maka bangkitlah untuk melakukan pembelaan. Pelecehan terhadap agama bisa dipicu karena untuk kepetingan politik, bisnis, kedudukan, kekuasaan dan lainnya.
Baca Juga: Tips Menuju Sukses dan Bahagia dari Rasulullah SAW
Sayyidina Hamzah adalah paman Nabi, seorang pemberani dalam berbagai peperangan. Bagaimana ghirahnya sayyidina Hamzah ketika mendengar kabar bahwa Rasulullah keponakannya itu dihina dan dilukai oleh Abu Jahal dedengkot kafirin Quraisy.
Paman Nabi ini langsung menemui Abu Jahal yang sedang berbincang dengan para pembesar Quraisy lainnya. Sayyidina Hamzah dengan beraninya menghampiri dan memukul dengan busur panah kemuka Abu Jahal hingga Abu Jahal terjatuh. "Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad. Aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya. "Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaanmu itu jika kamu berani!" bentak Hamzah.
Pengikut Abu Jahal bermaksud membalas, namun dilarang oleh Abu Jahal,"Biarkanlah dia melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memakinya," kata Abu Jahal.
Sejak peristiwa itulah Abu Jahal dendam berusaha membalasnya untuk membunuh Rasulullah dan Sayyidina Hamzah. Dalam peperangan Uhud Sayyidina Hamzah gugur. Ketika peperangan usai dan pasukan Quraisy meninggalkan arena pertempuran maka Rasulullah bersama para sahabat memeriksa jasad para syuhada yang gugur dan luka-luka. Sejenak Rasulullah terdiam dan meneteskan air matanya menyaksikan pamannya gugur dalam keadaan jasadnya rusak karena tusukan pedang pasukan Quraisy.
Baca Juga: Menjaga Hati Agar Tenang