IMAM Al Ghazali mengatakan, penyembelihan hewan kurban merupakan simbol penyembelihan sifat-sifat kehewanan manusia, sifat egonya yang cenderung selalu merasa memliki.
Berkurban itu adalah mengorbankan dan menyembelih hawa nafsu kehewanan yang membelenggu setiap manusia; nafsu serakah, sifat kikir, ego, dan nafsu menerabas yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan personal maupun komunal.
Berkurban semestinya bisa mempertajam kepekaan dan tanggungjawab sosial. Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk berkurban, diiharapkan timbul rasa kepedulian di masyarakat sehingga bisa menggalang kebersamaan, kesetiakawanan sosial dan introspeksi diri untuk kemaslahatan bersama.
Baca Juga: Petai, Si Bau yang Punya Segudang Manfaat Kesehatan
Daging sembelihan hewan kurban dibagikan kepada masyarakat yang berhak menerimanya.
Pemotongan hewan kurban memiliki makna ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pelajaran ikhlas merupakan puncak ketaatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail ketika Nabi Ibrahim dalam mimpinya diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail anaknya.
Hakekatnya perintah menyembelih itu menyembelih ego manusia.
Baca Juga: Slank Guncang PRJ
“Qurban” dari bahasa Arab, yang berarti dekat. Qurban juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau) dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah.
Artikel Terkait
Mumpung Masih Ada Waktu
Berpikir Pangkal Kebaikan
Pengasingan Diri Mencari Kemuliaan
Cinta Umat kepada Rasulullah
Menjaga Anak dalam Keluarga
Bacaan Paripurna Terjaga Keasliannya