SESEORANG melihat kehidupan orang lain bahagia padahal orang tersebut merasa hidupnya biasa-biasa saja.
Sebaliknya orang lain juga melihat orang tersebut hidupnya bahagia padahal dia juga merasa biasa-biasanya.
Ada pepatah Jawa mengatakan “Urip iku mung sawang sinawang- hidup itu hanya yang melihat dan diihat). Menganggap rumput tetangga lebih hijau dari rumput yang kita tanam padahal mungkin sama saja."
Baca Juga: PKB Putuskan Dukung Prabowo sebagai Capres, Faisol: Sudah Dibicarakan secara Mendalam
Dalam kitabnya Al Qonaah, As Syaikh Abdullah bin Ibrahim Dawud menjelaskan bahwa Qonaah.
Baca Juga: Sapa Penggemar Setia, Virzha Andalkan Album Ketiga
Jafi qanaah adalah, “Engkau ridha dan menerima pemberian Allah kepadamu dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit atau banyak. Engkau menyegerakan urusanmu kepada Rabbmu. Engkau mengetahui bahwa Allah lebih tahu, lebih penyayang terhadapmu daripada dirimu sendiri.”
Allah berfirman: “Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat berat.” (Q.S Ibrahim: 7).
Dengan qana’ah menjadikan seseorang tidak mudah tergiur dengan harta yang dimiliki orang lain. Ia merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya, sehingga dia selalu hidup dalam ketenteraman dan kedamaian batin.
Buya Hamka mengingatkan agar kita qonaah dalam menempuh perjalanan hidup, hendaklah merasa cukup dan ridho atas segala karunia dan rezeki dari Allah.
Dalam bukunya Tasawuf Modern, Buya Hamka mengatakan qona’ah itu mengandung lima perkara; 1..
Baca Juga: Beregu Putra dan Putri Berpeluang Kawinkan Medali Emas di SEA Games 2023 Kamboja
Menerima dengan rela akan apa yang ada. 2. memohonkan kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha,3.menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan 4.bertawakal kepada Tuhan. 5.tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Baca Juga: Anime The Quintessential Quintuplets Siap Merilis Film Spesial Terbaru
Artikel Terkait
Tidurnya Rasulullah
Wasiat Imam Hasan Basri untuk Umar bin Abdul Azis
Pendusta di Sekitar Kita
Nafsu Kekuasaan adalah Penyakit Hati