HARIANTERBIT.com – Lebaran telah berlalu, Ramadhan sebagai madrasah bagi seluruh muslim telah berganti menjadi bulan Syawal, akankah kita membiarkan bulan ini juga akan berlalu begitu saja?
Selepas terbebas dari kewajiban puasa sebulan penuh, apakah kita merasa lega dan bergembira? Padahal sejatinya banyak penjagaan yang tidak kita dapatkan di bulan-bulan biasa.
Setan akan lebih leluasa berkeliaran melancarkan godaan dan pahala meninggalkan kemaksiatan tak sebesar selama bulan puasa.
Dari Abu Ta'ala Syidad bin Aus radhiyAllahu anhu berkata, bersabda rasulullah shalallahu alaihi wa sallam: “Orang yang sempurna akalnya adalah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Disamping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Berdasarkan hadist ini, seharusnya bulan Syawal mendorong kita untuk mengoreksi diri dan memperbaiki amalan meskipun kita tidak lagi berada di bulan Ramadhan.
Alangkah sia-sianya usia kita jika tidak diisi dengan ketaatan pada Allah SWT, padahal umur yang digunakan untuk beramal sholeh, akan memberi keuntungan besar bahkan memberi keselamatan abadi di akhirat.
Baca Juga: Kasus Covid 18 di DKI: BOR Naik 16 Persen, Kasus Diprediksi Masih akan Bertambah
Sebaliknya ketika sepanjang hidup di dunia yang fana ini diisi untuk berbuat dosa, maka sungguh kita akan mendapat kerugian besar, bersiap merasakan kesengsaraan di alam akhirat kelak.
Supaya Menjadi Orang yang Beruntung
Allah SWT berfirman “Sungguh telah beruntung orang yg mensucikan jiwanya. Dan sungguh telah merugi orang yg mengotori jiwanya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Allah mendorong orang untuk menjadi pandai dan beruntung di dunia dan akhirat, dengan cara mengekang dan menundukkan hawa nafsu.
Lewat ayat ini Allah membimbing kita untuk selalu memperbanyak amal sholih sebagai bekal perjalanan ke alam akhirat yang kekal dengan menghindari hal-hal yang membuat kita merugi.
Orang yang pandai dan beruntung adalah siapa saja yang menundukkan hawa nafsu mengabaikan godaan untuk menjadikan urusan dunia sebagai yang utama.
Artikel Terkait
Azab Konsekuensi Pengingkaran
Bertaubat Bukan Hanya Menyesal
Kisah Ibu dan 2 Anaknya Memutuskan Mualaf usai Belajar Agama Agama Lain
Puasa tapi Tetap Melakukan Maksiat, Apa Hukumnya?