Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengatakan orang kikir itu ialah orang yang menahan pengeluaran hartanya disaat yang seyogyanya harta itu tidak ditahan, baik dipandang dari segi perintah atau menunaikan kewajiban dalam agama.
Kikir atau bakhil merupakan sifat yang sangat tercela karena fikiran dan perasaannya telah dikuasai super egonya dan sifat seperti itu dimiliki syaitan. Syaitan senang kalau manusia itu belas kasihannya tumpul, tidak mau memberikan hartanya walau hanya sedikit pada orang lain yang memerlukan, tidak peduli dengan kesusahan an kekurangan yang dialami saudaranya.
Banyak orang enggan bersedekah karena takut menjadi miskin. “Bukanlah termasuk orang yang beriman apabila seseorang di antara kalian tidak mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri” (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Razia 40 Warung di Jakarta, Satpol PP DKI Sita 1.627 Botol Miras
Padahal semua harta yang bisa dinikmati manusia adalah milik dan anugerah Allah sebagai titipan agar dikelola untuk kepentingan diri, keluarga dan orang-orang yang berhak menerimanya. Manusia sering lupa bahwa harta yang dimiliki itu bukan berasal dari Allah tapi merasa dari hasil jerih payah dan usahanya sendiri, sehingga menjadi sombong dan keras hatinya mengapa harus memberikan hartanya kepada orang lain.
Rasulullah bersabda tentang sifat manusia yang dibenci Allah:”Orang yang bakhil jauh dari Allah; jauh dari surga dan jauh dari manusia (HRTirmidzi)”. “Tak akan masuk surga orang yang suka menipu, orang bakhil dan orang yang suka mengharap-harapkan pemberian dari orang lain. (HRTirmidzi).
Orang beriman akan menjauhi sifat yang tercela itu, ia akan mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Orang beriman akan tersentuh hatinya merasakan penderitaan orang lain mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Baca Juga: Kapolri Mutasi 473 Personel Polri Dimutasi, 7 Kapolda Diganti
Menurut Al Ghazali mengobati dan melenyapkan sifat kikir itu harus dengan mendatangkan lawannya. Sifat qonaah dengan menerima seadanya sambil mencari apa-apa yang diperlukan secara wajar, rela dengan segala yang serba sedikit dan dengan kesabaran yang terus menerus.
Islam tidak melarang orang menjadi kaya, namun harta yang dimilikinya itu hakikatnya harta kekayaan amanat dan titipan belaka, yang sebaiknya ditunaikan seperti untuk sedekah pada fakir miskin dan amal kebaikan dijalan Allah lainnya. “…..Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al Hasyr: 9).
Wallohu a’lambishshawab/H Nuchasin M Soleh/Harian Terbit
Artikel Terkait
Kejujuran Imam Malik
Tolong Menolong
Saling Bermaafan Kapan Saja