Baca Juga: Mahfud Sudah Luntur di 'Mesin, Cuci Kekuasaan
Jadi, apa pun agenda negara-bangsa, termasuk agenda Pemilu memilih presiden dan anggota parlemen sekali pun, kebaikan bersama hendaknya selalu menjadi fokus dan orientasi semua pihak. Maka, manuver politik yang destruktif tidak boleh ditolerir. Kondusifitas negara-bangsa harus tetap terjaga, at all cost. Sebab, kondusifitas negara-bangsa adalah modal utama bagi semua elemen masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif untuk mewujudkan kesejahteraan.
Karena terkait langsung dengan persiapan Pemilu 2024, suhu politik di dalam negeri sepanjang tahun ini mungkin akan lebih panas. Di tengah meningkatnya suhu politik itu, kewaspadaan bersama harus diperkuat. Sebab, boleh jadi, situasi seperti itu akan dimanfaatkan oleh oknum dan spekulan politik ‘mengail di air keruh’ untuk merusak soliditas bangsa.
Baca Juga: Respons Putusan Sidang Migor, Kuasa Hukum Togar: Pertimbangannya Kontradiksi
Suka tidak suka, semua elemen masyarakat masih harus menghadapi dan menyikapi adanya friksi dalam kehidupan kebangsaan. Friksi itu jelas, ditandai oleh aksi radikalisme dan terorisme, maupun aksi separatisme dan disintegrasi bangsa. Sepanjang Desember 2022 misalnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap belasan terduga teroris di Sukoharjo dan Sumatera. Juga di bulan yang sama, terjadi serangan bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung.
Saat masyarakat Indonesia memasuki tahun 2023 untuk mempersiapkan Pemilu 2024, kondisi perekonomian dan kehidupan sosial-politik sesungguhnya relatif stabil. Bahkan, sepanjang tahun 2022 yang baru saja berlalu, sektor ekonomi berhasil mencatatkan pertumbuhan yang impresif. Sebuah pencapaian yang mengundang decak kagum komunitas global.
Tentu menjadi tantangan bagi semua elemen masyarakat, termasuk para politisi, untuk merawat pencapaian yang baik itu. Memang, pencapaian itu belum dapat memuaskan semua pihak. Tetapi sebagian besar masyarakat merasakan dan menikmati nilai tambah dari pencapaian 2022 itu.
Baca Juga: Ramalan Hard Gumay tentang Presiden 2024: Suku Jawa Campuran dan Ini 4 Ciri Lainnya
Fakta tentang pencapaian 2022 itu pun menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia mampu menghadapi dan mengelola masa-masa sulit sepanjang dua tahun lebih periode pandemi Covid-19. Memang, ada kerusakan di sana-sini sepanjang periode pandemi Covid-19. Tetapi, masa-masa sulit itu tidak meruntuhkan semangat masyarakat untuk melaksanakan ragam kegiatan produktif.
Oleh karena eskalasi dinamika politik Indonesia tahun 2023 disebabkan faktor internal, tidak semestinya dinamika itu menimbulkan kerusakan atau mereduksi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, karena mampu menampilkan wajah demokrasi yang indah, Indonesia tahun ini mestinya bisa lebih produktif dibanding tahun lalu. Artinya, masyarakat Indonesia ditantang untuk mampu menjadikan dinamika politik yang tereskalasi itu sebagai faktor yang ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
*) Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Tetap Fakultas Hukum, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
Artikel Terkait
HUT GERAK BS ke-3, Begini Apresiasi Ketua MPR RI Bamsoet
Ketua MPR RI Bamsoet Dukung Presiden Jokowi Hentikan Pemberlakuan PPKM
Tinjau Pembangunan Black Stone Yacht Beach Club Bali, Bamsoet Dorong Pemulihan Pariwisata Bali
Bamsoet: Pengurus Besar Tarung Derajat Targetkan Masuk SEA GAMES di Bangkok 2025