Oleh: Catatan dari Forum Perdamaian Dunia ke 8 di Solo, Shamsi Ali
Dalam tiga hari ini saya berada di Surakarta atau kota Solo untuk dua hajatan besar. Yakni pelaksanaan Forum Perdamaian Dunia ke 8 sekaligus menghadiri pembukaan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah yang ke 48.
Bagi saya kedua acara ini merupakan kebanggaan. Muktamar Muhammadiyah membanggakan saya sebagai tamatan pesantren Muhammadiyah. Tapi Forum Perdamaian Dunia juga membanggakan karena perhelatan internasional ini diinisiasi oleh Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dunia.
Pada catatan ini saya akan fokus pada acara Forum Perdamaian Dunia yang diinisiasi oleh Pusat Dialog antar agama dan peradaban di bawa komando Prof. Din Syamsuddin, yang juga mantan Ketua Umum Muhammadiyah dua periode. Perhelatan dua tahunan itu menghadirkan tokoh-tokoh agama, aktifis dan akademisi dunia, khususnya mereka yang bergelut di dunia sosial keagamaan, pendidikan dan kebudayaan.
Baca Juga: Ribuan Warga Jabar Ingin Ganjar Pranowo jadi Presiden Karena Peduli Kebudayaan
Saya sendiri hadir dalam status sebagai seorang Imam/tokoh agama Islam di Amerika. Walaupun sering dicantumkan sebagai peserta Indonesia karena wajah dan lisan saya yang tentunya tetap tidak berubah sebagai orang Indonesia. Hal ini juga sering disikapi oleh sebagian peserta yang belum mengenal saya, seolah saya hanyalah peserta lokal, yang biasanya disikapi biasa-biasa saja.
Yang menarik adalah seorang peserta lain dari US, seorang professor wanita keturunan Korea. Beliau justeru lebih identik sebagai peserta dari Amerika. Padahal dari segi residensi di Amerika saya lebih senior (tinggal lebih lama). Beliau hanya Kebetulan orang asing (non Indonesian) sehingga lebih diidentikkan sebagai orang Amerika.
Bagi saya hal ini justeru membanggakan, bahkan membahagiakan. Karena walau saya telah meninggalkan Indonesia sejak tamat pesantren (SMU) dan tidak pernah lagi tinggal di Indonesia, Saya masih tetap diterima sebagai warga Indonesia asli. Ini sekaligus menguatkan kebanggaan saya sebagai orang yang terlahir di negeri tercinta ini.
Baca Juga: Survei Voxpol Center 'Tamparan' Buat Golkar, Elektabilitas Airlangga Hartarto 0,7 Persen
Artikel Terkait
Rizal Ramli minta Muhammadiyah Tetap Perjuangkan Kepentingan Ummat, Jangan Jadi Stempel Kekuasaan
Din Syamsuddin: Perlu Restrukturisasi Kepemimpinan Pusat Muhammadiyah
Kepemimpinan Pusat Muhammadiyah Perlu Direstrukturisasi
Menteri BUMN Erick Thohir Dapat Dukungan Penuh dari PP Muhammadiyah