Catatan: Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
PROFESOR Sartono Kartodirdjo menekankan pentingnya mengedepankan peran orang-orang biasa di dalam penulisan sejarah.
Seperti petani, ulama, guru, mahasiswa, dan elemen-elemen lainnya di strata lapisan bawah sebagai sentral. Yaitu dengan menempatkan mereka sebagai pelaku-pelaku utama di dalam perjalanan sejarah.
Menurut pelopor historiografi modern Indonesia ini, visi Indonesiasentrisme perlu diterapkan untuk menggantikan visi Eropasentrisme yang sebelumnya telah menguasai historiografi pada masa kolonial. Yang lebih menempatkan orang-orang Eropa sebagai pelaku utama dalam sejarah Indonesia.
Baca Juga: Member Bersyukur Bisa Ambil Opsi Bantuan Final Setelah Posko SMI Diperpanjang Hingga 2 Desember
Di antara elemen-elemen yang patut dikedepankan itu menurut Sartono termasuk di antaranya adalah peran para jawara.
Peran mereka terbilang penting misalnya pada masa revolusi kemerdekaan dan peristiwa-peristiwa pemberontakan pada paruh waktu abad ke 19 dalam melawan penjajah Belanda.
Sartono sendiri telah menyingung mengenai peran para jawara di dalam bukunya: Pemberontakan Banten 1888.
Buku yang merupakan tesis Sartono di Departemen of Sociology and Modern History of Southeast Asia, Universiteit Amsterdam, Belanda, tahun 1966 ini, memaparkan konflik tanah, pemerasan tenaga kerja, wabah penyakit, kelaparan, dan bencana yang terjadi pada masa itu, yang menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat.
Belanda yang kualahan sampai-sampai mengirimkan pasukan tambahan dari Batavia untuk memadamkan pemberontakan yang berlangsung pada medio Juni-Juli 1888 ini, diiringi dengan penangkapan-penangkapan terhadap para tokoh masyarakat, yang terdiri dari para ulama dan jawara.