Para analis menyebut kehadiran tokoh nasional DR Rizal Ramli (RR) ke panggung pilpres makin urgen dan krusial karena krisis utang Rp8000 triliun/reformasi dikorupsi/krisis Jokowinomics dan skandal finansial Kemenkeu Sri Mulyani Rp300 trilyun, membawa kebangkrutan/krisis ekuin dan menjerumuskan NKRI menuju keruntuhan. Ambruknya NKRI itu merupakan suatu kenicayaan akibat kegagalan/kebangkrutan rezim Jokowi yang mengerikan.
''Tangan dingin Rizal Ramli untuk mengatasi krisis utang 8000 Trilyun rupiah/kegagalan Jokowi dan kebangkrutan ekonomi nasional, diharapkan/dinantikan rakyat yang sudah menjadi korban kekuasaan otoriter korup rezim Jokowi yang kian amburadul,'' kata akademisi/peneliti senior Universitas Paramadina Herdi Sahrasad dan Nehemia Lawalata, tokoh GMNI Indonesia Timur
Dalam situasi semacam ini, menyongsong pemilu/pilpres 2024, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri tampak bersikap bijak, ''anteng kitiran'' (tenang dan konsentrasi, namun pikiran, energi dan jiwanya terus bergerak, berputar mencermati perkembangan situasi). Megawati memiliki peran penting dalam menentukan calon-calon pemimpin yang akan diusung oleh partainya dalam Pemilu Presiden 2024. Sikap diamnya dalam mencari kader pemimpin Indonesia ke depan dapat memiliki banyak makna.
Dalam konteks politik, sikap diam Megawati Soekarnoputri dapat dimaknai sebagai strategi politik untuk memperkuat posisi partainya dalam persaingan politik menjelang Pemilu Presiden 2024.
Disisi lain sikap diam Megawati Soekarnoputri dapat dimaknai sebagai ketidakpastian dalam menentukan calon-calon pemimpin yang akan diusung oleh partainya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan dinamika politik yang terjadi di tengah masyarakat atau adanya kendala internal partai yang sedang dihadapi.
Meskipun demikian, sebagai pemimpin politik yang berpengaruh di Indonesia, Megawati Soekarnoputri tentu memiliki pertimbangan dan strategi tersendiri dalam mencari kader pemimpin Indonesia kedepan. Harapannya, PDIP dapat menentukan kader-kader terbaik yang mampu memimpin Indonesia ke arah yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.
Sikap politik Megawati saat ini masih menjadi barometer perpolitikan Indonesia khususnya jelang Pilpres 2024, tak lepas dari partai yang ia pimpin yakni PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Maka tak heran para kandidat capres cawapres memiliki harapan mendapat dukungan PDIP.
Sikap diamnya Megawati bisa saja dikatakan tidak sesuai dengan capaian perolehan suara Partainya. PDIP telah membuktikan sebagai pemenang pemilu legislatif 2019 dengan perolehan suara terbanyak 27,07% suara nasional atau sebanyak 19.394.364 suara dengan meraih 128 kursi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) RI (Republik Indonesia), menjadi partai dengan jumlah kursi terbanyak di parlemen.
Biasanya pemenang pemilu dibanyak negara bersikap politik berlebihan jelang Pilpres. Berbeda dengan sikap Megawati dan partainya saat ini jelang pilpres 2024.
Hal itu dapat dicatat, bahwa sikap diam Megawati merupakan sikap yang dapat dijadikan tauladan. Meski sebagai pemenang pemilu 2019, Megawati tak jumawa dalam konteks pilpres 2024, dirinya tak kedepankan keinginan pribadinya. Faktanya Megawati dengan partainya bersikap diam dan tenang, tidak grusa-grusu dalam menentukan sosok capres dan cawapres jelang pilpres.2024.
Apalagi PDIP bersama partai koalisinya telah berhasil memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari PDIP, yaitu Joko Widodo dan Ma`ruf Amin, untuk periode kedua 2019 - 2024 dengan memperoleh 55,5% suara atau sebanyak 85.607.362 suara, tak membuat sikapnya menjadi berlebihan terkait sosok kandidat capres cawapres.
Malah bisa jadi jelang pilpres 2024 ini sikap diamnya Megawati, penulis berkesimpulan dijadikan sebagai evaluasi dan konsolidasi internal maupun eksternal partai. PDIP mungkin telah menyadari keadaan ekonomi Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo tidak mengalami perubahan seperti apa yang telah dijanjikan dalam kampanye capres-cawapres Jokowi - Maruf Amin hingga pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019 - 2024.
Dari berbagai statemen resmi yang disampaikan melalui Sekjen PDIP, jelas nampak bahwa PDIP tengah berjuang menjaga konstitusi, yakni agenda Pemilu dan masa jabatan Presiden tetap sesuai jadwal yang telah disepakati dan dituangkan dalam Konstitusi Negara RI. Tak ada satupun sinyal yang mengarah kepada soal calon presiden harus diberikan kepada Puan Maharani.
Statemen PDIP lainnya yang resmi disampaikan oleh Hasto selaku Sekjen PDIP nampak adanya sinyal PDIP membuka ruang kepada pihak lain diluar Puan Maharani. Hal inilah fakta bahwa PDIP lebih mengedepankan kepentingan masa depan Bangsa dan Negara.
Disisi lain PDIP mencermati betul keadaan saat ini dan tantangan global kedepan akan terfokus pada sektor ekonomi disamping soal pertahanan keamanan, iklim, dll.