Tokoh nasional Dr Rizal Ramli mengatakan Indonesia butuh pemimpin unggul dan kompetitif, bukan pemimpin yang hanya melakukan pencitraan. Menurutnya, pencitraan itu perlu dan wajar. Namun, pencitraan itu bukan satu-satunya kriteria untuk menjadi seorang pemimpin.
Zaman Presiden SBY dulu sudah mulai dengan pencitraan, apalagi di saat ini. Zaman Presiden Jokowi malah makin hancur-hancuran. Tiada hari tanpa pencitraan.
RR, sapaan akrabnya mengemukakan hal tersebut dalam podcast BERISIK (Berita dan Telisik) dengan judul “Menkeu Bagai Lap Kotor, Pakai Uang Negara untuk Selamatkan Century?” yang tayang di Jakarta, Selasa (7/3).
RR mengatakan, jika kita hanya berpatokan pada pencitraan maka kita akan mendapatkan seorang pemimpin yang tidak berkualitas, yang KW 2 dan KW3. Maka buntutnya negara jadi kacau jika orang tersebut memimpin. Untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas, kata ekonom senior itu, kita harus mengubah proses seleksi kepemimpinan yang sangat ketat dan kompetitif.
Publik tentu mengapresasi pendapat RR tersebut. Mereka juga menginginkan hadirnya pemimpin yang memiliki integritas tinggi, tegas, visioner, inovatif, demokratis, cerdas, berualitas, tidak ingkar janji, menjunjung tinggi kemanusiaan dan mengutamakan kepentingan nasional dan rakyat jelata.
Analis Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, mengatakan, pemimpin yang dibutuhkan Indonesia ke depan khususnya pada 2024 adalah mereka yang memiliki karakteristik berlawanan atau sebagai antitesa dengan pemimpin saat ini, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia menilai, sosok RR masuk dalam kategori tersebut.
Ia menegaskan, rakyat sudah bosan dengan dramaturgi politik, pencitraan, janji-janji palsu yang terus dipertontonkan. Bahkan, rakyat sudah marah dengan praktik kekuasaan korup dan oligarkis saat ini.
Baca Juga: PKS: Audit Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Harus Libatkan Lembaga Independen
Selain itu, ujarnya, pemimpin yang dibutuhkan rakyat pada 2024 adalah pemimpin yang konsisten antara perkataan dan tindakan, serta pemimpin yang mampu bekerja berbasis ilmu pengetahuan dan peduli pada masa depan anak-anak muda yang jumlahnya lebih dari 52 persen.
Kita sepakat dengan pendapat para pengamat, saat ini Indonesia butuh orang-orang baik, bukan orang pintar. Korupsi yang merajalela, dan masih banyaknya masyarakat miskin saat ini, karena banyak orang tidak jujur yang mengelola negara ini.
Saatnya, kini generasi milenial yang lahir di jaman teknologi, harus punya komitmen kuat dan berkarakter,untuk ke depan bisa memimpin negeri ini menjadi lebih baik.
Saat ini masyaraat sudah cerdas. Selain menginginkan hadirnya pemimpin cerdas, jujur dan berintegritas, mereka tidak lagi menginginkan pemimpin yang hanya pandai berpidato, tetapi memilih pemimpin yang mempunyai pemikiran kreatif, bukan pemimpin yang tidak biasa. Pemimpin yang bisa pikir out of the box.
Pemimpin yang dibutuhkan sekarang juga harus bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Bukan pemimpin gila kekuasaan, gila jabatan dan doyan menumpuk kekayaan.
Di tengah krisis ekonomi saat ini, Indonesia tidak menginginan hadirnya kepemimpinan otoriter, Gaya otoriter tentu tidak akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi negeri ini. Pasalnya mengorbankan kebebasan pribadi dan mengabaikan partisipasi masyarakat.
Baca Juga: KPK Periksa 2 Orang Ketua Kamar Pembinaan MA Terkait Kasus Dugaan Suap Penanganan Perkara di MA