HARIANTERBIT.COM - Pola penanganan terhadap suporter yang turun merangsek ke Stadion oleh polisi dengan menghajar dan menembaki gas air mata, sehingga terimbas kepada penonton yang ada di tribun, sangat disesalkan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Akibat kepanikan massal dan dampak dari gas air mata, ratusan orang berdesakan yang ingin keluar dari tribun menjadi korban, bahkan terdapat informasi jumlah korban jiwa mencapai 129 orang.
“Larangan penggunaan gas air mata itu telah diatur FIFA dan tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan. Jelas ditulis; Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," tukas LaNyalla yang sedang melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur, Minggu (2/10/2022).
Mantan Ketua Umum PSSI itu juga menilai hal itu membuktikan lemahnya koordinasi. Padahal sebelum match, pasti ada rakor pengamanan antara Panpel dengan Kepolisian. “Entah apa alasan yang membuat polisi menembakkan gas air mata ke tribun, sehingga membuat kepanikan massal,” tandas LaNyalla
Baca Juga: Menpora Amali: Pemerintah Berduka Atas Tragedi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Mantan Ketua Badan Timnas PSSI itu pun mengatakan, strategi evakuasi yang utama adalah mengamankan pemain, dan itu sudah dilakukan. Selanjutnya tinggal mencegah penonton melakukan perusakan atau saling serang antara dua kubu. Sambil semua pintu keluar dan jalur evakuasi dibuka untuk pengosongan stadion.
"Pengosongan tribun dengan menembakkan gas air mata, jelas menyalahi aturan FIFA," jelas Senator asal Jawa Timur itu.
Dunia sepakbola tanah air berduka. Ratusan pendukung Arema meninggal setelah terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menyebut peristiwa ini menjadi catatan kelam sepakbola nasional.
LaNyalla yang turut berdukacita atas peristiwa tersebut, meminta semua stakeholder sepakbola nasional melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang. "Kerusuhan sepakbola memang pernah terjadi. Tapi kejadian di Kanjuruhan ini sangat luar biasa, karena jumlah korban sangat besar. Sebuah catatan kelam bagi persepakbolaan nasional, bahkan dunia. Saya prihatin dan menyesalkan kenapa hal itu harus terjadi," ujarnya.
Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, mengatakan kerusuhan pecah usai pertandingan Derby Jawa Timur yang mempertemukan Arema Malang dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). Kerusuhan dipicu kekalahan tim tuan rumah Arema Malang.
Peristiwa ini dikabarkan membuat 129 orang meninggal dunia, di antaranya 2 anggota polisi. Diketahui 34 orang meninggal di stadion dan lainnya meninggal di rumah sakit.
Artikel Terkait
Tragis, Puluhan Jiwa Dikabarkan Tewas Imbas Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Usai Arema FC Kalah dari Persebaya
Kasus Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, PSSI akan Segera Kerahkan Tim Investigasi
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, PSSI Bentuk Tim Investigasi dan Arema FC Langsung Kena Sanksi
Belasungkawa PSSI atas Kerusuhan Kanjuruhan di Laga Arema vs Persebaya
Awal Muka Kerusuhan Kanjuruhan usai Laga Arema vs Persebaya
PSSI Larang Arema Jadi Tuan Rumah Sampai Selesai Musim, Jumlah Korban Jiwa Kerusuhan Kanjuruhan Simpang Siur
Buntut Kerusuhan Kanjuruhan, PSSI Hentikan Sementara BRI Liga 1
Kerusuhan Kanjuruhan, 127 Orang Tewas, Tragedi Sepak Bola Mengerikan dalam Sejarah Sepak Bola Dunia
Kerusuhan Kanjuruhan Jadi Sorotan Media Asing
Buntut Kerusuhan Kanjuruhan, Suporter Terancam Dilarang Nonton ke Stadion (Lagi)!
Pemerintah Luruskan Kerusuhan Kanjuruhan, Mahfud MD: Bukan Bentrok Antarsuporter!
Kerusuhan Kanjuruhan, Khofifah: 129 Meninggal, 18 lebih Jenazah Belum Teridentifikasi
Bentuk Kerusuhan Panjuruhan, IPW: Ketua Umum PSSI Harusnya Malu dan Mengundurkan Diri
Kerusuhan Kanjuruhan, Indonesia Nomor 2 Tragedi Sepakbola Dunia dengan Banyak Korban, Nomor 1 Tahun 1964!
Menpora Amali: Pemerintah Berduka Atas Tragedi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan