Petani Tomat Buang Hasil Panen, Legislator: Kami Prihatin!

- Minggu, 29 Januari 2023 | 17:01 WIB
Firman Soebagyo (DPR.go.id)
Firman Soebagyo (DPR.go.id)

HARIANTERBIT.com - Sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan dua orang petani sedang membuang sejumlah peti tomat ke jurang. Petani membuang hasil panennya lantaran harga jual tomat anjlok hingga menyentuh Rp 600 per kilogram.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo mengaku miris akan kejadian menimpa petani tomat yang marah akibat harga jualnya anjlok tersebut.

"Jadi, saya sangat memahami, mengerti dan prihatin terhadap protes dari petani kita membuang hasil panennya itu. Mereka memang kecewa, karena harga yang petani dapatkan di masyarakat atau di pasar tidak sesuai dengan biaya (cost) dikeluarkan untuk bertanam tomat dan lain sebagainya," kata Firman kepada wartawan, Minggu (29/1/2023).

Baca Juga: Polri Blokir 20 Rekening Judi Online Mastertogel, Nilai Uangnya Rp 700 Juta

"Oleh karena itu sikap frustasi seperti ini, harus bisa dipahami serta dimengerti. Karena memang perlu adanya keberpihakan Pemerintah untuk melindungi daripada petani terutama stabilisasi harga," sambung Firman.

Firman menuturkan, tomat tidak masuk kategori produk pertanian yang mendapatkan proteksi subsidi dan sebagainya dan termasuk yang dilepas di pasar bebas. Tapi disisi lain, perkembangan akhir-akhir ini fenomena terhadap impor baik itu produk pertanian apakah itu holtikultura macam beras, bawang merah-putih dan sebagainya hingga buah-buah itu semakin lama semakin besar.

Walaupun Presiden Jokowi sudah mengingatkan berkali-kali agar budayakan atau menggunakan atau makan produk-produk daripada petani lokal.

Baca Juga: Percepat Penanganan Stunting Nasional, Korps Brimob dan BKKBN Lakukan Hal Ini

"Nah untuk itu maka, harus ada satu gerakan atau tindakan konkrit dari pemerintah untuk melindungi terhadap hasil-hasil pertanian yang diperlukan oleh rakyat dan kemudian pemerintah harus mulai membatasi produk impor yang akan menjadi pesaing daripada produk petani lokal," ujar politikus Partai Golkar ini.

Karenanya, menurut Firman, kalau dikomper secara apel to apel itu petani lokal akan sulit bersaing dengan yang namanya produk petani dari luar negeri. Karena sistem pertanian mereka semua sudah menggunakan teknologi dan kemudian tingkat produksinya sudah jauh lebih maksimal dan biaya produksinya juga lebih murah.

"Oleh karena itu, lanjut Firman, dengan mekanisme pasar yang dilepaskan kepada pasar bebas, maka petani lokal akan sangat sulit apalagi tidak ada keberpihakan kepada petani lokal," terang Ketua Umum IKAPI ini.

Baca Juga: Fadli Zon Sebut Aksi Israel Bantai Pengungsi Palestina di Kamp Jenin Sebagai Genosida

Untuk itu, Firman meminta, Pemerintah harus membuat satu regulasi yang berpijak dalam kepentingan rakyat itu harus dilindungi. Pasalnya, hal ini untuk menjaga psikologis petani agar mereka masih bertani tetap semangat bertani.

Terlebih, kalau negara ini masih bergantung kepada hasil pertanian luar negeri atau import maka suatu saat kalau terjadi musibah seperti pandemi Covid-19 maka akan ada musibah kelaparan besar-besaran.

Halaman:

Editor: Anugrah Terbit

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X