HARIANTERBIT.com – Pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam HUT Ke-50 PDIP di Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023) yang menyatakan, “Jokowi 'Kasihan Dah' Tanpa PDIP” bukan mengerdilkan atau menghina Presiden Joko Widodo (Jokowi). Megawati hanya mengingatkan Jokowi ibarat "kacang jangan lupa akan kulitnya" dan mengingatkan Jokowi tetap dibawah kendalinya.
"Saya melihat pernyataan tersebut bukanlah ingin menghina Presiden Jokowi tetapi ingin mengingatkan Jokowi ibarat "kacang jangan lupa akan kulitnya, dan Mega mengingatkan bahwa Jokowi tetap dibawah kendalinya. Terutama terkait penentuan capres dan cawapres,” kata pengamat politik Fernando Ersento Maraden Sitorus kepada Harian Terbit, Minggu (15/1/2023).
Apalagi, lanjutnya, ada indikasi Jokowi akan mendukung capres yang berbeda dengan dukungan Megawati seperti menyebutkan rambut putih dan jidat berkerut.
Baca Juga: Tanpa Sepeser Pun Uang Negara, Ini Cara Rizal Ramli Selamatkan PLN
Menurut Direktur Rumah Politik Indonesia ini memaparkan, Jokowi yang hadir pada acara HUT PDIP juga bukan saja sebagai Presiden tetapi juga sebagai kader partai. Hanya saja pernyataan Megawati tersebut sangat kurang tepat walaupun tujuan Megawati hanya ingin mengingatkan kembali Jokowi bahwa tanpa PDIP tidak akan menjadi apa-apa.
Penghinaan
Pengamat hukum dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Dr Ismail Rumadan mengatakan, pernyataan Megawati, selaku kader partai maka siapapun kader PDIP bahkan yang menjabat Presiden atau Menteri harus patuh terhadap kebijakan partai. Karena ada garis-garis partai yang harus dilaksanakan para kader walaupun menduduki jabatan penting di pemerintahan. Sehingga garis perintah partai menjadi komando para kadernya.
"Pernyataan Megawati tidak bermaksud merendahkan Jokowi, tapi pernyataan tersebut mempertegas bahwa siapapun orangnya termasuk Presiden sekalipun tidak bisa mengintervensi garis kebijakan partai. Itulah sesungguhnya pelajaran yang perlu diikuti oleh partai-partai lain, agar ada kemandirian dari partai. Jangan sampai yang memiliki partai tapi tidak punya kuasa menentukan kebijakan secara mandiri, malah dikendalikan oleh orang di luar partai," paparnya.
Baca Juga: TXT Umumkan Jadwal Tur Dunia ACT SWEET MIRAGE, dari Asia hingga Los Angeles
Internal Partai
Sementara itu, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Haryadi juga mengatakan, tidak ada upaya mengerdilkan posisi Presiden Jokowi dalam pidato Megawati Soekarnoputri kemarin.
"Harus dipahami bahwa memang acara itu dimaksudkan sebagai perayaan di dalam keluarga besar dan masyarakat biasa. Sebab sejak awal didesain merupakan acara internal partai," kata Haryadi, Jumat (14/1/2023).
Menurut dia, yang paling banyak diundang hadir adalah level Akar Rumput yaitu pengurus ranting partai dan Satgas Cakra Buana. Karena itu, pimpinan partai politik lain yang merupakan level elite memang tak diundang. Bahkan level menteri di kabinet Presiden Joko Widodo tak semuanya diundang.
Baca Juga: Penting Edukasi Orang Tua Cegah Perkawinan Dini Anak
"Layaknya dalam keluarga, bisa lebih terbuka dalam berbicara. Pesan sebagai keluarga besar adalah ciri khas Bu Mega untuk membangun internal political market dan militansi para kader. PDIP termasuk salah satu partai yang dengan political ID atau identitas politik yang paling kuat. Itu berkat kekuatan mesin politik internal yang dibangun Bu Mega selama bertahun-tahun," ucap dia.
Artikel Terkait
Megawati Sindir Jokowi dan Ganjar dalam Pidato HUT PDIP ke-50, Ada Apa?
Pidato Ketua Umum PDIP Pada Acara HUT ke 50, Pengamat: Mega Ingatkan Jokowi dan Ganjar Tidak Keluar Aturan
Survei Magna Charta Politika: Demokrat Geser Gerindra di Posisi Kedua Parpol Pilihan Publik setelah PDIP