HARIANTERBIT.com - Pengamat Ekonomi Unika Atma Jaya Rosdiana Sijabat mengatakan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada kuartal II 2022 yang mencapai rekor tertinggi menembus 27,74 persen secara tahunan (YoY) salah satunya berkat hilirisasi pertambangan dari daerah tersebut.
Menurutnya wilayah Maluku Utara, Sulawesi dan Papua merupakan daerah komoditas sektor pertambangan yang memiliki pasar internasional.
“Karena sektor pertambangan komoditas yang pada pasar global itu harganya sedang baik dan mungkin kinerja sektor pertambangan antara lain di dalamnya seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi adalah adanya hilirisasi nikel.” Ujar Rosdiana, Kamis, 1 Desember 2022.
Baca Juga: Proyek Food Estate Prabowo Terancam Mangkrak, Tak Ada Petaninya
“Tercermin juga dari pendapatan pajak di tahun ini kira-kira mungkin sampai kuartal dua, kalau kita lihat memang sampai bulan Oktober tahun 2022 ini pendapatan pajak kita itu relatif tinggi dari sektor pertambangan,” sambungnya.
Lanjut Rosdiana, berkat hilirisasi dan investasi yang masuk ke daerah Maluku Utara dan wilayah lain penghasil tambang mendapatkan nilai tambah.
“Apakah ini ada kaitannya dengan hilirisasi nikel? ya tentu saja, ada juga kaitannya misalkan kalau kita lihat misalkan sektor-sektor produk komoditas kalau kita lihat dari sisi investasi juga relatif tinggi sehingga wilayah-wilayah seperti Maluku Utara dan Sulawesi Papua seperti itu mendapatkan keuntungan,” ucapnya.
Baca Juga: Survei Median: Prabowo Kalahkan Anies dan Ganjar, Elektabilitas Airlangga Hartarto 1,1 Persen
Lebih lanjut Rosdiana menerangkan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah Maluku adalah berasal dari kebijakan penerapan hilirisasi bahan mentah dari dalam negeri.
“Memang di masa sekarang ini ada sektor-sektor yang potensial yang menjadi pendorong pertumbuhan itu di antaranya adalah hilirisasi sektor dalam konteks manufaktur dari produk-produk pertambangan produk yang banyak dibutuhkan di pasar internasional seperti ini nikel, bauksit kemudian sektor-sektor yang lainnya,” papar Rosdiana.
Namun, Rosdiana juga mengingatkan tidak terlena dengan pertumbuhan ekonomi yang fantastis tersebut, pasalnya pemerintah daerah masih harus memperhatikan pelemahan ekonomi global dan tingkat suku bunga yang tinggi.
Baca Juga: KPK Pantau Investasi Telkomsel ke GOTO
“Tetapi sebenarnya bukan berarti kita serta merta langsung happy. Karena ada juga faktor risiko yang harus diperhatikan, misalkan pelemahan ekonomi global kemudian tingkat suku bunga yang tinggi inflasi yang tinggi di berbagai wilayah dan juga mungkin faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, Sulawesi dan Papua ini,” jelasnya.
Rosdiana juga menekankan kehati-hatian potensi resesi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun depan harus benar-benar diperhatikan.
Artikel Terkait
Hasil Survei Charta Politika: Mayoritas Publik Inginkan Jokowi Lakukan Reshuffle Kabinet
Jokowi Diminta Lakukan Reshuflle Kabinet
Serapan APBD Lambat, Dana Rp 278 Triliun Mengendap di Bank, Presiden Jokowi Tegas Perintahkan Ini
Hubungan Keduanya Tidak Baik Baik, Megawati dan Jokowi Bakal ‘Pecah Kongsi’ di Pilpres 2024