HARIANTERBIT.com - Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A, menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tabligh Akbar yang diikuti ribuan ibu-ibu dari Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) se-Provinsi Jawa Barat.
Dalam kesempatan itu, Hidayat Nur Wahid menyampaikan bahwa diantara hikmah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW agar umat senantiasa menyegarkan ingatan tentang penting dan bisanya ber-ukhuwah untuk menguatkan persatuan agar dapat berkontribusi berlanjut memajukan umat dan membangun bangsa dan negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur, karena itulah yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Pulihkan Pelayanan Publik, Para Pemuka Masyarakat Papua Setuju Mendagri Angkat Pejabat Gubernur Baru
“Salah satu keteladanan Nabi Muhammad SAW adalah sukses menjadikan umat berukhuwah, bersatu padu dan berkolaborasi. Beliau mempersatukan masyarakat Madinah yang tadinya terpecah belah dan diadu-domba. Beliau tidak membiarkan terjadinya pembelahan, konflik, dan saling melemahkan, tetapi mempersaudarakan dan menyatukan warga. Yang sukunya berragam, bahkan agamanya juga berbeda. Sehingga terjadilah Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah piagam politik tertua yang paling sukses bisa dilaksanakan dan menyatukan warga bangsa dan memajukan negara,” katanya dalam Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tabligh Akbar di Islamic Centre Bekasi, Kamis (20/10/2022).
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tabligh Akbar yang diselenggarakan Islamic Centre Bekasi dan BKMT Provinsi Jawa Barat dihadiri Ketua Umum BKMT Hj Syifa Fauzia, Ketua BKMT Provinsi Jawa Barat Hj Atifah Hasan, Lc, Fery Farhati Anies Baswedan, Atalia Praratya Ridwan Kamil, pimpinan Islamic Centre Bekasi, Dr. K.H. Anwar Sanusi, dan para anggota BKMT dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Baca Juga: Akademisi: Mendagri Harus Ambil Langkah Tegas Terkait Kendala Pelayanan Publik di Pemprov Papua
Menurut HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid, Rasulullah adalah teladan agung dalam mencintai umat, bangsa dan negara. “Rasulullah mengajarkan cinta kepada umat, juga cinta pada bangsa dan negara dalam konteks kebaikan dan kebenaran agar bangsa dan negara itu berorientasi pada kebaikan dan kebenaran. Karena itu kota tempat beliau hijrah yang tadinya bernama Yatsrib yang tidak mempunyai arti dan makna, diubah menjadi kota yang sangat visioner dengan nama Madinah Al Munawwarah, yang artinya kota yang berperadaban,” jelas HNW.
HNW menambahkan para pendiri bangsa juga mencita-citakan masyarakat Indonesia yang berperadaban dan madaniah. “Kalau sekarang ada sebutan cebong, kampret, kadrun, artinya kita terus dipecah-belah. Padahal para pendiri bangsa dahulu seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Kahar Muzakir, Kasman Singodimedjo, Sjafruddin Prawiranegara, Moch Natsir, mereka memperjuangkan Indonesia merdeka bukan untuk kemudian terpecah-belah. Tapi mereka memberikan keteladanan menyatu dengan bangsa, bahkan menyelamatkan Indonesia merdeka dengan Pancasila dan NKRI,” katanya.
Baca Juga: JPU: Eksepsi Ferdy Sambo Tak Perlu Ditanggapi
HNW menyebutkan dalam Al Qur’an, ada Surat Al Balad dan Surat At Tin, kedua surat ini menandakan ajaran cinta kepada Balad atau negeri, dan Tin atau buah-buahan dimana kita berada. “Surat Al Balad dan Surat At Tin adalah satu bukti bahwa sejak di Mekkah akidah kita diajarkan untuk mencintai bangsa dan negara dimana kita berada. Ini dimaksudkan supaya terjadi harmoni. Islam adalah rahmatan lil alamin. Rasulullah mencintai bangsa dan negaranya. Rasulullah memberikan keteladanan itu, dan beliau sukses,” tutur Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS ini.
“Rasulullah menjadi teladan agung supaya kita umat Islam yang mayoritas di Indonesia tidak mempunyai pendapat yang salah tentang Indonesia sehingga tidak mau aktif, tidak mau membela dan membiarkan saja Indonesia menjadi apapun, tapi juga agar pihak lain tidak mempunyai pendapat yang salah dengan umat Islam seolah-olah umat Islam tidak cinta bangsa dan negara. Padahal umat Islam sangat cinta bangsa dan negara. Mereka bersama yang lain berjuang agar Indonesia bisa merdeka,” sambungnya.
Baca Juga: Begini Respons Polisi Terkait Bantahan Irjen Teddy Minahasa Pengedar Narkoba
Lebih lanjut, HNW mengatakan dalam konteks majelis taklim dan ibu-ibu, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW mempunyai makna yang sangat mendalam karenanya tetap kontekstual. Melalui Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kita diingatkan bahwa Islam sangat menghormati ibu dan perempuan. “Rasulullah menjadi teladan karena beliau luar biasa menghormati kaum perempuan dan memberikan peran penting bagi kemajuan dan kontribusi perempuan,” ujarnya.
Sedangkan dalam konteks majelis taklim, kata HNW, Rasulullah juga memberi teladan tentang taklim atau memberikan pelajaran. HNW mengutip survei tentang literasi bangsa yang menyebutkan Indonesia menempati urutan ke 63 dari 70 negara yang disurvei. Ini menunjukkan taklim Indonesia sangat rendah. Kemampuan untuk belajar mengajar dan kemampuan untuk membaca sangat rendah. “Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam konteks taklim adalah pentingnya meneladani Rasulullah yang mementingkan belajar dan mengajar, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan membaca. Maka maksimalkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW untuk menghadirkan hikmah-hikmah penting untuk kemaslahatan umat, bangsa dan negara termasuk Kaum perempuannya,” pungkasnya.***
Artikel Terkait
Ungkap Jangan Mandul, HNW Kritik PBB Sebut Dunia Dalam Bahaya
HNW: Revisi UU Pemilu Perlu Dilakukan Paska Putusan MK Terkait PT 20 Persen
HNW Minta Kemensos dan KemenPPPA Usut 33 Korban Anak Pada Tragedi Kanjuruhan
MTsN 19 Jakarta Diterjang Banjir, HNW Minta Penyaluran Bantuan Disegerakan