Perpustakaan Bukan Sekedar Kolektor Buku

- Selasa, 20 September 2022 | 17:08 WIB
Andi Harun, Hetifah Sjaifudian dan Sayrif Bando (ist)
Andi Harun, Hetifah Sjaifudian dan Sayrif Bando (ist)


HARIANTERBIT.com - Sebagai daerah yang hanya berjarak sekitar dua jam dari titik nol Ibu Kota Nusantara (IKN), keberadaan fasilitas layanan perpustakaan umum di Kota Samarinda tidak sekedar menjadi menara gading.

Bahkan, Wali Kota Samarinda Andi Harun akan menjadikan perpustakaan yang modern dan futuristik ini sebagai ikon baru Kota Samarinda sebagai kota peradaban.

“Ada pesan penting yang hendak disampaikan pemerintah bahwa perpustakaan penting dalam rangka mengelola tata kelola pembangunan dan pemerintahan sehingga daya saing bangsa agar terus kompetitif di era global,” ujar Wali Kota Andi Harun pada peresmian fasilitas layanan perpustakaan umum dan kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Kota Samarinda, Selasa, (20/9/2022).Baca Juga: Kembangkan Kasus Suap Zumi Zola, KPK Segera Ungkap Tersangka Baru

Saat ini, lanjut Andi, perpustakaan bukan sebagai kolektor buku melainkan sebagai sarana berbagi informasi, komunikasi, dan interaksi masyarakat. Bahkan, istilah critical thinking diawali dari proses pengembalian data informasi yang diperoleh.

Ketika pemerintah pusat mengusung visi SDM Unggul Indonesia Maju, maka literasi sudah menjadi bagian penting untuk membangun masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan berkarakter.

“Literasi yang kuat mendorong manusia pada kegiatan yang produktif yang memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan kesejahteraan,” tambahnya.Baca Juga: Marselino, Winger Lincah yang Jadi Sorotan

Oleh karena itu, program perpustakaan berbasis inklusi sosial sudah dirasa tepat dan perlu didukung bersama. Apalagi saat ini dunia mulai memasuki era smart society 5.0. Jika era 4.0 menitikberatkan pada teknologi, maka era 5.0 justru manusia-lah yang menjadi tokoh utamanya.

“Ini tantangan sekaligus peluang yang besar bagi perpustakaan. Artinya, pengembangan perpustakaan bisa menjadi trigger bagi peningkatan pengetahuan di samping pengentasan kemiskinan,” kata Andi.

Senada dengan Wali Kota, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan literasi bukan hanya ada di perpustakaan saja. Literasi akan memberi manfaat lebih besar ketika dikolaborasikan dengan pihak-pihak penentu kebijakan.

Idealnya, kondisi kecerdasan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Itulah mengapa kita memerlukan buku-buku ilmu terapan dan pendamping untuk menggali potensi masyarakat.

“Banyak guru besar dan doktor di Indonesia, tapi tidak semua menghasilkan inovasi dan kreativitas. Ini pekerjaan yang paling berat. Setidaknya dengan adanya inovasi akan membuka peluang lapangan kerja. Dengan terbukanya lapangan kerja memungkinkan peningkatan per kapita Indonesia,” urai Kepala Perpusnas.Baca Juga: Polri Sebut Pelucutan Pangkat Sambo Tak Perlu Upacara Seremonial

Masyarakat Indonesia sebaiknya jangan terbuai dengan melimpahnya sumber daya alam jika tidak dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusianya. Justru SDM yang menjadi modal penting dalam kesinambungan pembangunan.

“Ada negara yang sedikit sumber daya alam tapi malah kaya karena pandai mengelola aset SDM. Pun sebaliknya, ada negara yang kaya sumber daya alam malah rendah kualitas SDM,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengatakan upaya Perpusnas berkolaborasi dengan sejumlah pihak sudah dirasa tepat mengingat akses untuk mendapatkan bahan bacaan berkualitas masih sulit.

“Setidaknya ada empat indikator untuk melihat perkembangan kegemaran membaca, yakni kecakapan membaca, budaya membaca, akses internet, dan akses ke perpustakaan,” ungkap Hetifah.

Halaman:

Editor: Anugrah Terbit

Tags

Terkini

Sandiaga Uno Yakin Lulus Ospek PPP: Insyaa Allah

Sabtu, 10 Juni 2023 | 09:24 WIB
X