Juru Bicara Gerakan Nasional Anti Islamofobia (GNAI) Mustofa Nahrawardaya mengatakan, tidak sedikit kegiatan keagamaan Islam yang dibubarkan dengan berbagai dalih. Kasus-kasus pembubaran pengajian, penolakan kajian, gangguan fisik terhadap aktivitas muslim di tanah air terbilang masif terjadi dan terekam di media massa.
“Yang tak ada di media massa, lebih banyak lagi. Karena yang diberitakan, rata-rata jika korban perkusi adalah ustadz ternama, yang jadi korban. Bahkan sampai dengan hari ini, persekusi dan penolakan pengajian masih berlangsung,” urainya.
Mustofa mengatakan bahwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di Indonesia tidak pernah berhenti. Penghinaan terhadap umat Islam sebagai manusia gurun, sebagai penganut agama onta, agama impor, dan sebagainya, juga tidak pernah berhenti.
“Pelakunya ada. Namanya ada. Alamatnya ada. Wajahnya jelas. Suaranya direkam. Viral beredar di masyarakat. Apakah itu bukan islamophoba? Mereka para pelaku adalah pengidap islamophobia,” sambungnya lagi.
Baca Juga: Habib Rizieq Bebas, Pemerintah Diminta Tak Lakukan Politisasi Hukum
Dikatakannya, pelaku islamophobia tidak hanya di dalam negeri. Namun, di antara mereka adalah orang Indonesia yang ada di negeri lain. Seharhusnya, fenomena yang terjadi mengganggu pikiran pemerintah. Apalagi tidak sedikit laporan dari umat Islam agar pemerintah menindak para pelaku islamophobia. Tapi ternyata laporan tersebut tidak pernah ditindaklanjuti.
Terakhir, Mustofa menegaskan bahwa pengidap islamophobia, bertebaran dan sumber islamophobia dapat dengan mudah dicari di internet. Tapi, keseriusan pemerintah dalam memberantasnya belum terlihat.
“Jadi, kalau ada yang mengatakan tidak ada pengidap islamophobia di Indonesia, itu omong kosong. Mungkin dia sedang mengalami halusinasi,” tegas Mustofa.
Tidak Ada
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menegaskan tidak ada islamofobia atau perasaan ketakutan ataupun kebencian terhadap Islam di Indonesia. Mahfud menyayangkan, belakangan muncul unggahan yang ramai di media sosial yang menyebut ada fenomena islamofobia di Indonesia.
"Orang Islam bebas bersaing di politik, di pemerintahan, intelektual, pokoknya Islam sudah bebas. Fobianya di mana?" kata Mahfud saat menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan Imaji Satu Abad Indonesia di kampus terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, Selasa (26/7/2022).
Mahfud mengatakan, pemerintah saat ini sedang berupaya membangun Indonesia dengan berlandaskan nilai-nilai luhur keislaman. "Indonesia ini sedang kita bangun, kalau bagi umat Islam ini tadi islamiah, islami, Islam sebagai nilai-nilai keluhuran. Islam yang terbuka, Islam yang kosmopolit kesewargaan, menganggap orang yang lain sama. Akan tetapi, urusan ibadah, ya, saya sendiri, Anda sendiri," kata Mahfud.
Baca Juga: Mahfud MD: Secara Kuantitatif KPK Saat Ini Lebih Baik dari Sebelumnya
Menurut dia, islamofobia setidaknya memiliki arti takut terhadap orang Islam, kemudian membuat kebijakan yang anti-Islam. "Enggak ada, nih, pemerintah kita yang takut kepada orang Islam, malah pemerintahanya seneng, tuh, menyatakan Islam, bawa sajadah, menteri-menteri bawa sajadah, Presiden ke masjid bawa sajadah, Presiden ke pesantren enggak takut, tuh, mengaku Islam," ucapnya.
Selain takut, menurut dia, fobia juga mengandung arti membenci. "Tidak ada yang benci. Orang Islam boleh bersaing semua," kata dia.