YIM Siap Jadi Leader Penolakan Sistem Pemilu Proporsional Terbuka dan Koalisi Islam-Nasionalis

- Rabu, 29 Maret 2023 | 20:00 WIB
Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra (kiri), Pemimpin Redaksi Harian Terbit Ali Akbar Soleman (tiga dari kanan), Owner Harian Terbit Rina Aditya Sartika (dua dari kanan), dan Zamzam Siregar, Redaktur Nasional, Hukum dan Perkotaan (satu dari kanan)
Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra (kiri), Pemimpin Redaksi Harian Terbit Ali Akbar Soleman (tiga dari kanan), Owner Harian Terbit Rina Aditya Sartika (dua dari kanan), dan Zamzam Siregar, Redaktur Nasional, Hukum dan Perkotaan (satu dari kanan)

HARIANTERBIT.com - Mayoritas partai-partai politik di Indonesia dinilai tak lagi berpegang kepada ideologi. Bahkan, dinilai saat ini hanya terdapat dua partai politik di Indonesia yang berdasarkan ideologi yaitu Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Bahkan, koalisi Islam dan Nasionalis, dinilai bakal menjadi kekuatan yang akan menentukan pemenang pada kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Hal tersebut terungkap saat tim Harian Terbit menyambangi kediaman salah satu negarawan terbaik bangsa, Yusril Ihza Mahendra (YIM) di Jalan Dharmawangsa XVII No.37 C, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Baca Juga: RDP Komisi III DPR dengan Menko Polhukam Mahfud MD Panas, Arteria Dahlan Mati Kutu!

Kedatangan Harian Terbit sekitar pukul 10.30 WIB, dipimpin oleh Owner Harian Terbit Rina Aditya Sartika, Pemimpin Redaksi Ali Akbar Soleman, dan Redaktur Nasional Zamzam Siregar, beserta reporter Sammy Edward Wattimena.

Sambutan hangat disertai keramahan seorang YIM, menandai awal pertemuan yang dilanjutkan dengan obrolan ringan hingga mendalam. Berbagai pandangan kerap dikemukakan sosok yang juga dikenal sebagai Ahli Hukum Tata Negara ini.

Disela-sela obrolan, dirinya sempat menyinggung mengenai kehidupan Demokrasi di Indonesia. YIM menjelaskan bahwasanya, Demokrasi itu tidak mungkin dapat kita bayangkan tanpa adanya partai-partai politik.

Baca Juga: Mahfud MD Buka Alasan Transaksi Rp349 Triliun Harus Dibuka ke Publik, Sebut Nama Sri Mulyani

"Karena asumsinya, masyarakat itu kan majemuk. Kecuali kita asumsikan masyarakat itu satu kelompok. Ditengah kemajemukan itu, dipersilahkan masing-masing kelompok menyalurkan aspirasinya sendiri," ungkapnya.

"Jadi orang yang memiliki pandangan yang sama terhadap negara itu mengelompokan dirinya secara organisasi kepada partai-partai. Dan partai itu kemudian ikut pada pemilu, dan setelah itu terbentuklah pemerintahan," tambah YIM.

Lebih lanjut, YIM juga mengemukakan penolakan terhadap sistem pemilu proporsional terbuka, sekaligus dukungannya terhadap sistem pemilu proporsional tertutup.

Baca Juga: Denny Darko Sarankan Tiara Andini dan Alshad Ahmad Putus, Kecuali...

Ia menganggap bahwa, sistem pemilu proporsional terbuka tidak pro terhadap ideologi partai politik membuat partai politik mengalami kemunduran struktural. Hal itu terlihat dari fenomena partai politik yang tidak fokus untuk mencalonkan kadernya, tetapi lebih tertarik merekrut orang populer dan berdaya finansial moncer sebagai caleg.

"Kenyataan dari fenomena itu adalah bahwa parpol kita hari ini terbukti tidak menjalankan fungsinya," ujar Yusril.

Halaman:

Editor: Anugrah Terbit

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Catat 371 Pengusaha Terjerat Kasus Korupsi

Senin, 29 Mei 2023 | 11:01 WIB
X