Jaga Peradaban Dunia, Lewat Bedah Buku

- Sabtu, 18 Maret 2023 | 20:17 WIB
Muhammad Syarif Bando (ist)
Muhammad Syarif Bando (ist)


HARIANTERBIT.com – Sejauh ini kawasan kars Maros-Pangkep dikenal sebagai penghasil batu marmer dan semen dengan kualitas tinggi. Sudah banyak daerah serta negara-negara asing menggunakannya. Namun, eksploitasi yang membabi buta dikhawatirkan berdampak besar bagi kawasan tersebut.

"Penulisan buku ini merupakan langkah berani saya, karena sebenarnya banyak yang berkompeten. Saya memberanikan diri karena hal ini harus terus diwacanakan. Pasti akan ada pertanyaan maupun kritik di dalamnya. Itu sudah menjadi konsekuensi penulis," kata Ketua Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Muhammad Irfan AB saat peluncuran buku berjudul 'Menjaga Warisan peradaban dunia', di Gedung Teater Lantai Dua Perpustakaan Nasional, Sabtu (18/3/2023).Baca Juga: Gagas Gerakan Lewat Potensi SDA, Syarif Bando: Jangan Sepelekan Literasi

Dikatakannya, kars Indonesia termasuk unik di dunia. Karena memiliki flora dan fauna khas, yang tidak ditemui di negara-negara lain di dunia.

"Untuk kars kawasan Maros-Pangkep, belum lama ini ditemukan gua terdalam di dunia, dengan kedalaman sekitar dua kilometer. "Bahkan, baru saja ditemukan batu cadas yang usianya diperkirakan mencapai 45 ribu tahun," jelasnya.Baca Juga: Inilah Kisah Inspirasi Persahabatan di Film Surga di Bawah Langit

Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengapresiasi Irfan yang telah mengejawantahkan isi bagaimana menjaga warisan peradaban dunia melalui Perda Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Esensial Maros-Pangkep.

"Berbicara warisan peradaban dunia di kars Maros-Pangkep, kalau tak ada visi seperti Irfan, takkan lahir buku yang mengupas isi dari perda tersebut," pujinya.

Syarif Bando, teringat bagaimana sulitnya menggunakan bahan baku lokal karena dieksploitasi asing.Baca Juga: Umumkan Pernikahan, Nathalie Holscher Sensor Nama Calon Suami

“Waktu pembangunan gedung di Salemba tahun 1997, seluruh keramik menggunakan marmer dari Maros. Saya ditunjuk menjadi penghubung pemerintah dengan pengelola yang berada di Australia. Ternyata pemilik tambang marmer berasal dari Filipina. Maka, saya terbang ke Manila untuk bernegosiasi," ungkap Syarif.

Menurut Syarif, tidak mudah bagi Irfan yang seorang politisi muda, merumuskan buku dengan legitimasi parlemen tingkat provinsi. Jika tak ada visi ke depan tentang sumber daya alam dan sumber daya manusia.

"Masih diperlukan langkah perjuangan yang besar ke depan untuk mengangkat poin-poin penting di mata internasional."

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Aktivis Lingkungan Muhammad Ikhwan, arkeolog dan peneliti dari Universitas Hasanudin Irwan Sumantri, Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah M. Irfan Mahmud, serta Aktivis Literasi Nirwan Arsuka.

Editor: Anugrah Terbit

Tags

Terkini

KERIS Dukung Mahfud MD Usut Skandal TPPU Rp349 T

Senin, 27 Maret 2023 | 23:57 WIB
X