HARIANTERBIT.com - Keberadaan media gital saat ini begitu berpengaruh pada semua sektor kehidupan. Setiap orang dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang serba digital, terutama dalam hal kreatifitas.
Oleh karenanya, Kementerian Kominfo dan DPR menggelar seminar online bertema Menjadi Generasi Produktif & Kreatif di Era Digital, dengan narasumber handal, yaknim Dr Fadli Zon MSc (Anggota Komisi I DPR RI), Semuel Abrijani Pangerapan BSc (Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI), Iman Soleh (Seniman dan Akademisi) dan Nissa Rengganis (Pegiat Komunitas Sastra).
Fadli Zon mengatakan menjadi generasi produktif dan kreatif di era digital merupakan suatu hal yang relevan karena dunia digital serta kemajuan informasi dan teknologi merupakan instrumen atau tools yang bisa melahirkan kreatifitas tanpa batas.
Baca Juga: Hadapi Kemajuan Teknologi Setiap Orang Harus Cerdas Informasi di Era Digital
“Instrumen ini benar-benar memberikan satu ruang yang luar biasa. Seperti google yang saat ini bisa dijadikan library terbesar dan segala informasi dapat diakses dan segala pertanyaan bisa dijawab. Berbicara mengenai kreatifitas merupakan suatu hal yang lahir dari suatu keterbatasan sehingga harus mencari cara untuk keluar dari keterbatasan tersebut,” katanya, Kamis (25/5/2023).
Dikatakannya, jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 200 juta orang pasti harusnya bisa melahirkan generasi yang kreatif dan bisa berkarya. Karya yang dihasilkan berupa karya seni rupa, seni sastra, dan karya seni yang lain.
“Sebagai sebuah ekspresi budaya seharusnya mudah bagi generasi yang kreatif untuk berkarya. Berkarya adalah sebuah kegiatan yang sangat penting karena merupakan bagian dari perjalanan sebuah bangsa,” terangnya.
Sedangkan, Iman Soleh menjelaskan gerakan pemberdayaan masyarakat di Komunitas CCL (Celah-Celah Langit) Bandung.
Baca Juga: Gaduh, JK Ungkap Indonesia Bayar Utang Rp1000 Triliun Tiap Tahun, Netizen: Hukum Mati Koruptor!
“Sebagai masyarakat yang berbudaya sudah seharusnya kita melahirkan karya-karya yang identik, unik, dan berbeda. Budaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menyeluruh dari ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dalam masyarakat. Unsur-unsur yang membentuk budaya adalah bahasa, pengetahuan, religi, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, teknologi, media baru di era digital, dan kesenian,” jelasnya.
Menurutnya, Celah-Celah Langit sebagai tempat bermain anak-anak, jemuran mahasiswa, atau tempat parkir mahasiswa kos. Lokasinya terletak di dalam gang sempit di belakang terminal Ledeng Bandung. CCL ini merupakan karya bersama warga, mahasiswa atau siapapun dengan latar belakang keilmuan yang beragam.
“Pentas pertama dipertunjukkan di atas panggung sederhana 7 X 12 Meter dengan kapasitas penonton 150 orang. CCL terus berkembang hingga melahirkan karya-karya selanjutnya. CCL juga mendapat sorotan baik dari media lokal maupun media luar negeri,” ungkapnya.
Baca Juga: Tega Perkosa Putrinya Sendiri, Seorang Ayah Edan Digelandang ke Penjara
Sementara, Nissa Rengganin menambahkan dalam kerangka literasi digital terdapat 4 aspek yaitu digital skills, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Keempat aspek ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh masing-masing individu dalam menggunakan media digital agar memiliki kesadaran atas perlindungan pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
“Penggunaan teknologi digital dalam karya sastra merupakan keniscayaan yang tidak dapat dielakkan. Dengan teknologi digital para sastrawan dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas mereka. Teknologi digital dapat meningkatkan kompetensi para sastrawan dalam mengembangkan kreativitas mereka dengan secara lebih leluasa,” tuturnya.