Kepala BKKBN Sindir Audit Kasus Stunting Sekadar Rapat Pemangku Kepentingan

- Jumat, 11 November 2022 | 19:21 WIB
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.

HARIANTERBIT.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo berharap audit kasus stunting berjalan hingga tingkat keluarga, tidak sekadar berupa rapat koordinasi oleh para pemangku kepentingan.

“Sebetulnya mereka-mereka lebih bicara soal kebijakan, tetapi audit kasus stunting adalah dilakukan oleh para praktisi, para profesi dan juga dilakukan oleh para ahli, konsultan dan sebagainya untuk audit kasus stunting di wilayah-wilayah bapak ibu sekalian sehingga base on kasus. Makannya kita sebut audit kasus stunting,” kata Hasto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/11/2022).

Dijelaskan Hasto, audit kasus stunting di tingkat keluarga, bisa mendeteksi berbagai kasus penyakit di masyarakat. Misalnya, tuberculosis hingga HIV.

Baca Juga: Berawal Dari Bau Busuk, Warga Temukan Satu Keluarga Tewas di Kalideres

“Kalau ditingkat keluarga itu ternyata ditemukan kasus TB (Tuberkulosis) yang kemudian bisa menularkan atau misalnya HIV sehingga ternyata by problemnya itu. Ini lah pentingnya audit kasus stunting, bisa juga dari audit kasus stunting ini sebabnya sering diare lalu ditelusur apakah yang sering diare keluarga itu saja atau tetangga lain juga,” kata Hasto.

Untuk itu, Hasto menilai, perlunya bantuan ahli dalam audit kasus stunting adalah untuk menggali permasalahan kasus stunting yang tidak diketahui penyebabnya seperti apa.

Ketika ditemukan masalah stunting disebuah wilayah, maka tim audit stunting bisa segera bergerak untuk mendata dan menyampaikannya kepada ahli agar segera mendapat rekomendasi.

Baca Juga: Subvarian XBB Penyebab Kasus Harian Covid-19 Tembus 6.294 Orang? Ini Kata Satgas

“Itu yang kita susur lebih dulu jadi kita tidak diskusi tentang dia keluarga miskin, lingkungan jauh deri akses, tapi yang kita diskusikan sebetulnya kenapa panjang badan tidak naik, mungkin karena nafsu makan kurang, kenapa nafsu makan kurang mungkin kena TBC, kenapa kena TBC mungkin karena tidak imunisasi. Sehingga hal-ha ini bisa ditelusuri oleh ahlinya ada dokter anak, ahli tumbuh kembang, sehingga akhirnya ketemu anak ini masalahnya apa,” ungkapnya.

Lebih jauh Hasto menambahkan, pada beberapa kasus mengenai stunting banyak yang mengartikan bahwa anak dengan done syndrome masuk dalam kategori anak stunting. Padahal secara medis, done syndrome adalah kelainan yang menyebabkan anak dilahirkan dengan kromosom yang berlebih atau kromosom ke-21.

“Karena dia ada permasalahan tersendiri tidak bisa kita kelompokan dalam stunting karena stunting bayi harusnya lahir atau dalam kandungan dia punya potensi normal bukan ada kelainan genetik, akan tetapi karena salah urus dalam seribu hari pertama kehidupan akhirnya jadilah dia gagal tumbuh secara fisik, intelektual dan kesehatan,” ujarnya.

Baca Juga: Selamat Hari Pahlawan! Yuk Simak 5 Sosok Pahlawan Indonesia yang Belum Banyak Dikenal

Kendati demikian, Hasto meminta agar catatan-catatan dalam audit kasus stunting ini tidak disebarluaskan kepada masyarakat seperti audit pada umumnya. Sebab hal tersebut menyangkut soal kode etik dan rahasia individu.

“Justru hasil audit dibawa ke tim kecil, mungkin tim medisnya, keluarganya, tim pendamping keluarga. Jadi apa yang harus dilakukan ke depannya,” ucapnya.

Halaman:

Editor: Arbi Terbit

Tags

Terkini

X