Wisuda UAJ 2018, Lulusan Universitas Harus Siap Hadapi Ketidakpastian

- Jumat, 16 November 2018 | 09:59 WIB
Rektor Unika Atma Jaya (UAJ), Dr Agustinus Prasetyantoko/ ist
Rektor Unika Atma Jaya (UAJ), Dr Agustinus Prasetyantoko/ ist

Jakarta, HanTer - Rektor Unika Atma Jaya (UAJ), Dr Agustinus Prasetyantoko memberikan pandangan mengenai situasi dalam negeri dan luar negeri dan tantangan yang akan dihadapi oleh para wisudawan dan wisudawati. 

Pertama, situasi dunia dengan dinamika penuh ketidakpastian, bukan saja dari sisi ekonomi, yang tengah diwarnai berbagai gejolak krisis di berbagai belahan dunia, namun juga dalam hal politik, sosial dan mungkin juga peradapan (kebudayaan).  

“Secara umum, peradapan dunia tengah bergolak menemukan keseimbangan (baru),” katanya, dalam acara wisuda 1136 orang sarjana baru program Sarjana, Pascasarjana dan Doktor Unika Atma Jaya, di Jakarta Convention Centre (JCC), kawasan Senayan, Jakarta, baru-baru ini.

Kedua, di dalam negeri adanya dinamika di bidang perekonomian, selain sosial dan politik, terutama menghadapi Pemilu serentak 2019, baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden. 

“Paling tidak hingga April 2019 nanti, dinamika sosial politik cenderung memanas, ditandai dengan berbagai perdebatan, khususnya di sosial media,” tambahnya. 

Sebanyak 1063 wisudawan dan wisudawati tingkat Sarjana dan 73 wisudawan dan wisudawati tingkat Magister yang dipimpin oleh Rektor UAJ Dr.Agustinus Prasetyantoko. Tema wisuda sarjana ke-72 dan pascasarjana ke-46 ini adalah Menemukan Tanda Pahlawan Lintas Generasi.  

“Terhadap situasi terakhir ini, tentu kita tak cukup berdiam diri, kita harus mengambil peran aktif untuk memastikan proses demokrasi yang secara rutin kita lakukan setiap 5 tahun sekali ini tak sampai meretas apalagi merobek kesatuan bangsa kita yang memang sudah dari awalnya sangat majemuk. Tindakan kecil, seperti menseleksi berita yang kita akan sebarkan di sosial media, atau saring sebelum sharing, bisa menjadi langkah penting dalam situasi seperti sekarang ini,” lanjut Prasetyantoko.

Tantangan lainnya yang perlu dicermati adalah teknologi yang memampukan robot bukan hanya menjadi perangkat teknis yang membantu para pekerja tetapi mereka adalah pekerja itu sendiri.  

“Intinya, di masa depan manusia dituntut memiliki kemampuan yang tak bisa diambilalih oleh robot, seperti kemampuan memecahkan masalah yang komplek secara kritis dan reflektif (complex problem solving dan critical thinking), kreatifitas dan empati, koordinasi dan negosiasi, serta hal lain yang memerlukan kapasitas insani,” terangnya. 

Prasetyantoko menegaskan revolusi digital tak berarti meminggirkan total manusia, namun jelas diperlukan pemakanaan baru akan pembagian kerja, wewenang dan peran antara human and machine. 

“Manusia dituntut untuk melakukan tranformasi secara mendasar (fundamental shift) dan memaksimalkan genuine creativity-nya dengan belajar terus-menerus (long life learning),“ tambahnya. 

Dr. Ir. Illah Sailah menambahkan, sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh rektor UAJ mengatakan profesi baru yang bersentuhan dengan internet of things, robotik dan big data akan menjadi tantangan di era 4.0.  

“Bersiaplah dengan berbagai persaingan dan perubahan.  Beradaptasilah dengan perubahan, jangan jauhi perubahan.  Saya juga mengucapkan selamat kepada tiga puluh sembilan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa kemristekdikti yang hari ini diwisuda, semoga suatu hari anda juga memberikan beasiswa bagi yang membutuhkan,” katanya.

Pada wisuda ini UAJ memberikan penghargaan cincin emas kepada 46 wisudawan dan wisudawati yang lulus dengan prestasi Cumlaude.  36 dari program sarjana dan 10 orang dari program pascasarjana.  

Halaman:

Editor: romi

Tags

Terkini

X