HARIANTERBIT.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai penurunan indeks manufaktur Indonesia (Purchasing Managers' Index/PMI) di tengah tekanan ekonomi global yang terus mengintai.
Apalagi, kata Sri Mulyani, PMI manufaktur Indonesia mulai turun menjadi 51,8 pada periode Oktober dari bulan sebelumnya di level 53,7. Penurunan ini memutus tren ekspansif PMI Manufaktur Indonesia yang terjadi dalam 14 bulan terakhir.
“Kita harus waspadai karena kegiatan manufaktur sangat penting,” kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers, belum lama ini.
Baca Juga: Perangkat Lunak Tesla Model S dan X Bermasalah, Pabrikan Tarik 80 Ribu Unit
Meski begitu, ia menyebutkan kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan terus meningkat mendekati level sebelum pandemi COVID-19, dimana untuk manufaktur berada di level 73,5 dan pertambangan 73,2.
Dengan level kapasitas tersebut, artinya sektor manufaktur terus meningkatkan kegiatan hingga kapasitas produksinya terpakai sama seperti sebelum terjadinya pandemi atau mengalami pemulihan.
Sementara itu, melansir Antara, idikator produksi dan investasi lainnya, yakni pertumbuhan konsumsi listrik pun masih sangat tinggi pada kegiatan industri dan bisnis yakni masing-masing meningkat 5,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 12,5 persen (yoy).
Baca Juga: Indahnya Raja Ampat Baru di Halmahera Selatan
Kendati demikian, Sri Mulyani menilai tren pertumbuhan itu menunjukkan pembalikan arah dibanding bulan-bulan sebelumnya. "Ini sebetulnya ada pengaruh faktor global yang harus diwaspadai. Jadi kita memang harus optimis tapi waspada," tegasnya.