Menko Airlangga: Ekonomi RI Makin Tangguh, Neraca Perdagangan dan Ekspor Tembus Rekor Sejarah

- Selasa, 17 Mei 2022 | 21:18 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto

Jakarta, HanTer - Pemulihan kondisi perekonomian pasca-pandemi terus menjadi fokus pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan menjadi fondasi dalam menghadapi berbagai tantangan global yang kian masif kedepannya. Berbagai kebijakan yang telah diambil Pemerintah guna menjaga kestabilan kinerja fundamental perekenomian juga menunjukkan sinyal positif pada tiap leading indicator.

Salah satu indikator perekonomian yang memiliki performa positif adalah neraca perdagangan yang kembali melajutkan trend surplus pada April 2022 dengan nilai mencapai 7,56 miliar dolar AS. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi yang berhasil melampaui bulan Oktober 2021 dengan nilai sebesar 5,74 miliar dolar AS.

Pencapaian tersebut kian membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih tangguh mengingat neraca perdagangan merupakan salah satu indikator utama dalam meningkatkan cadangan devisa dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia.

Baca Juga: Tabrak Prinsip Good Governance, Potensi Kerugian Investasi Telkomsel di GOTO Rp881 Miliar, KPK Jangan Diam!

“Neraca perdagangan merupakan determinan yang sangat penting dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia. Kita bersyukur bahwa salah satu engine utama pertumbuhan ekonomi ini terus mengalami performa gemilang dan bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Selasa (17/5).

Selain datang dari neraca perdagangan, kata Menko Airlangga, kinerja positif juga ditunjukkan pada indikator ekspor yang mengalami surplus dengan nilai sebesar 27,32 miliar dolar AS. Serupa halnya dengan surplus neraca perdagangan, angka surplus ekspor juga mampu mengungguli rekor tertinggi sebelumnya pada bulan Maret 2022 yang tercatat mencapai 26,50 miliar dolar AS.

Kinerja surplus pada nilai ekspor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas unggulan saat ini seperti harga CPO sebesar 1.682,7 dolar AS/MT atau tumbuh 56,09 persen (yoy), Batubara sebesar 302,0 dolar AS/MT atau tumbuh 238,83 persen (yoy), dan Nikel sebesar 33.132,7 dolar AS/MT atau tumbuh 100,55 persen (yoy).

Baca Juga: Ridwan Kamil Temui Airlangga, Tegaskan Bakal Balas Budi Terhadap Golkar

Selain itu tingginya dominasi sektor industri pada kegiatan ekspor yang mencapai 69,86 persen juga menjadi stimulus dalam peningkatan nilai surplus ekspor, hal ini karena kinerja ekspor akan mengarah pada basis komoditas-komoditas dengan nilai tambah yang terus bertumbuh.

Kemudian, program hilirisasi yang diterapkan Pemerintah untuk mendorong nilai tambah komoditas di tengah harga yang kian meningkat juga memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor saat ini. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif dengan angka Purchasing Managers’ Index (PMI) April 2022 di level 51,9 naik dari posisi bulan sebelumnya di level 51,3. Adanya kenaikan tersebut membawa nilai PMI Indonesia berada diatas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (51,7), Malaysia (51,6) dan Myanmar (50,4).

Dengan keberhasilan program hilirisasi tersebut, ke depannya Pemerintah akan kian gencar dalam memaksimalkan berbagai potensi kebijakan lainnya seperti kerja sama bilateral dan multilateral dalam meningkatkan perdagangan, utamanya dalam peningkatan nilai ekspor Indonesia.

Baca Juga: Investasi GOTO Bikin Telkomsel Amsyong Triliunan, Keuangan Telkom Langsung Merah, Siapa Jadi Kambing Hitam?

“Selain program hilirisasi, Pemerintah akan terus meningkatkan nilai ekspor Indonesia melalui berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan program promosi ekspor dengan peningkatan kerja sama billateral dan multilateral. Forum G-20 juga akan dioptimalkan untuk menggali berbagai potensi kerja sama perdagangan dengan berbagai negara,” ungkap Ketum Partai Golkar ini.

Selain itu bergeser dari catatan nilai ekspor, sisi impor tercatat mengalami penurunan dari periode sebelumnya sebesar -10,01 persen (mtm) pada April 2022 menjadi sebesar 19,76 miliar dolar AS. Namun penurunan tersebut tidak lantas menghambat kegiatan produksi, hal ini dikarenakan komposisi utama impor didominasi oleh golongan bahan baku/penolong dengan porsi sebesar 78,62 persen sehingga produksi barang baru yang bernilai tambah tinggi dapat terus dilakukan produsen yang akan mendorong peningkatan output nasional.

Halaman:

Editor: Anugrah Terbit

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Peringati HUT ke-50, ASDP Luncurkan Logo Baru

Selasa, 28 Maret 2023 | 14:48 WIB

Bekali Skil Hadapi Tren Pekerjaan di Dunia Digital

Senin, 27 Maret 2023 | 22:43 WIB
X