HARIANTERBIT.com - Sebuah kelompok paramiliter neo-Nazi yang terkait dengan Kremlin telah meminta anggotanya untuk mengirimkan informasi intelijen tentang aktivitas perbatasan dan militer di Latvia, Lithuania dan Estonia.
Hal ini tentu saja meningkatkan kekhawatiran ancaman kelompok sayap kanan Rusia yang merencanakan serangan terhadap negara-negara NATO.
Saluran Telegram resmi untuk "Task Force Rusich" - yang saat ini bertempur di Ukraina atas nama Kremlin dan terkait dengan Wagner Group yang terkenal kejam - minggu lalu meminta anggotanya untuk mengirimkan rincian yang berkaitan dengan pos-pos perbatasan dan pergerakan militer di tiga negara Baltik, yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet.
Berita itu telah memicu pertanyaan tentang siapa yang memiliki komando keseluruhan atas kelompok-kelompok pro-Kremlin sayap kanan yang bertempur di Ukraina.
Baca Juga: Pemda Cianjur Diminta Tertibkan Hunian di Zona Merah Jalur Sesar Cimandiri
Rusich sangat dekat dengan Wagner Group, sebuah kelompok militer yang dijalankan oleh sekutu dekat Vladimir Putin dan sekarang memimpin serangan Rusia untuk merebut kota Bakhmut, Ukraina, yang saat ini menjadi pertempuran paling sengit dalam konflik tersebut.
Sumber-sumber yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan langkah "luar biasa" oleh Rusich bisa menunjukkan kekecewaan dengan Kremlin dan frustrasi dengan bagaimana perang Putin di Ukraina berjalan.
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan bahwa dia belum melihat apa pun dari Rusia yang menunjukkan bahwa Putin ingin menyelesaikan konflik di Ukraina.
Dia bahkan membahas laporan baru-baru ini bahwa Putin telah mengisyaratkan bahwa perundingan damai mungkin ada di depan mata.
Baca Juga: Kaesang Curhat di Acara Pernikahan, Chef Arnold Beri Saran Begini
Berbicara di Sky's Sophy Ridge pada hari Minggu, Cleverly berkata: “Saya tidak benar-benar melihat apa pun yang datang dari pihak Rusia yang memberi saya keyakinan bahwa Vladimir Putin memasuki pembicaraan ini dengan itikad baik. Retorika yang lebih luas masih sangat konfrontatif.
Cleverly mengatakan bahwa, sementara Inggris ingin melihat pembicaraan damai "lebih cepat daripada nanti", dia menegaskan kembali bahwa terserah Ukraina untuk memutuskan keadaan di mana mereka akan bersedia untuk bernegosiasi dengan Rusia.
“Setiap negosiasi harus nyata, harus bermakna, tidak bisa hanya menjadi daun isapan jempol untuk persenjataan ulang Rusia dan perekrutan tentara lebih lanjut."
Artikel Terkait
Bounou, Kiper Tangguh Maroko Ini Ternyata Nyaris Bela Kanada
Pangkalan Militer Raksasa Rusia di Kota Melitopol jadi Sasaran Rudal Ukraina
Sebuah Ledakan di Gedung Apartemen Tewaskan Sedikitinya 3 Orang, Aksi Terorisme jadi Spekulasi