NATO Tidak Melihat Tanda-tanda Rusia Menarik Pasukannya

Jakarta, HanTer - Rusia menyebut jika pihaknya akan mengembalikan lebih banyak pasukan dan senjata ke pangkalan, tetapi NATO menyatakan tidak melihat tanda-tanda penarikan dan khawatir bahwa Moskow dapat menyerang Ukraina.

Rusia telah mengumpulkan sekitar 150.000 tentara di timur, utara dan selatan Ukraina, memicu kekhawatiran Barat bahwa mereka sedang merencanakan serangan.

Moskow membantah memiliki rencana seperti itu dan minggu ini mengatakan akan menarik kembali beberapa pasukan dan senjata dengan hanya memberikan beberapa rincian.

Klaim-klaim itu telah disambut dengan skeptisisme dari AS dan sekutunya, bahkan ketika mereka tampaknya menurunkan suhu setelah berminggu-minggu meningkatnya ketegangan Timur-Barat.

Pada hari Rabu (16/2/2022), Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan satu kereta kendaraan lapis baja bergerak melintasi jembatan dari Krimea, semenanjung Laut Hitam yang dicaplok Rusia dari Ukraina pada tahun 2014. Sehari sebelumnya, kementerian melaporkan dimulainya penarikan pasukan usai mengikuti latihan militer di dekat Ukraina.

Tetapi Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menolak pernyataan itu, dengan mengatakan organisasi militer itu tidak melihat tanda-tanda bahwa Moskow mengurangi jumlah pasukannya di dalam dan sekitar Ukraina. “Saat ini, kami belum melihat penarikan pasukan Rusia,” katanya, sebelum memimpin pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels.

“Jika mereka benar-benar mulai menarik pasukan, itu adalah sesuatu yang akan kami sambut, tetapi itu masih harus dilihat,” tambah Stoltenberg, seiring negara-negara dalam aliansi juga telah menyatakan keraguan, seperti halnya para pemimpin di Ukraina.

Terjebak antara Rusia dan Barat, para pemimpin Ukraina telah berulang kali berusaha untuk menunjukkan ketenangan tetapi juga kekuatan selama krisis dengan Rusia.

Dalam menunjukkan tekad, Presiden Volodymyr Zelenskyy pada hari Rabu menyatakan dan dianggap oleh beberapa pejabat sebagai kemungkinan awal untuk invasi, sebagai “hari persatuan nasional.” Untuk menandai hari itu, para demonstran membentangkan bendera nasional sepanjang 200 meter (656 kaki) di sebuah arena olahraga di Kyiv.

“Kami dipersatukan oleh keinginan untuk hidup bahagia dalam damai. Kita bisa mempertahankan rumah kita hanya jika kita tetap bersatu,” kata Zelenskyy dalam pidato video kepada bangsa.

Militer Rusia belum memberikan jumlah pasukan atau senjata yang ditarik. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengisyaratkan dia menginginkan jalur diplomatik keluar dari krisis, dia belum berkomitmen untuk penarikan penuh.

Putin telah menekankan bahwa dia tidak menginginkan perang dan akan bergantung pada negosiasi untuk mencapai tujuan utamanya untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO.

Sementara komentar-komentar itu tampaknya mengubah tenor, para pemimpin Barat bersikeras bahwa krisis masih jauh dari selesai. Presiden Joe Biden mengatakan Selasa bahwa pejabat Amerika belum memverifikasi klaim Rusia, dan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace juga mengatakan "terlalu dini untuk mengatakan" apakah penarikan itu asli, mencatat bahwa Rusia "belum mengambil kaki dari gas. ”

“Saya pikir apa yang belum kita lihat adalah bukti penarikan yang diklaim oleh Kremlin,” kata Wallace kepada Sky News. “Faktanya, kami telah melihat pembangunan terus-menerus seperti rumah sakit lapangan dan sistem senjata strategis. Sampai kita melihat de-eskalasi yang tepat, saya pikir kita semua harus berhati-hati tentang arah perjalanan dari Kremlin,” tambahnya.

Pada hari Rabu, jet tempur Rusia menerbangkan misi pelatihan di atas Belarus yang bertetangga dengan Ukraina di utara dan pasukan terjun payung mengadakan latihan menembak di lapangan tembak di sana sebagai bagian dari latihan perang besar-besaran yang dikhawatirkan Barat dapat digunakan sebagai kedok untuk invasi ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri Belarusia Vladimir Makei menegaskan kembali bahwa semua pasukan dan senjata Rusia akan meninggalkan negara itu setelah manuver berakhir Minggu.

Rusia telah membantah memiliki rencana invasi dan telah mengejek peringatan Barat tentang invasi yang akan segera terjadi sebagai “paranoia” dan “kegilaan.”

Ditanya oleh harian Jerman Welt apakah Rusia akan menyerang hari Rabu, duta besar Rusia untuk Uni Eropa Vladimir Chizhov menyindir: “Perang di Eropa jarang dimulai pada hari Rabu. Tidak akan ada eskalasi minggu depan, minggu depan, atau bulan depan," katanya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga dengan sinis menunjuk peringatan invasi hari Rabu, dengan mengatakan bahwa para pejabat Rusia tidur nyenyak pada malam itu.

Rusia ingin Barat menjauhkan Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya dari NATO, menghentikan penyebaran senjata di dekat perbatasan Rusia dan menarik mundur pasukan dari Eropa Timur. Namun AS dan sekutunya secara bulat menolak tuntutan itu, tetapi mereka menawarkan untuk terlibat dalam pembicaraan dengan Rusia tentang cara-cara untuk meningkatkan keamanan di Eropa.

Berbicara setelah bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Putin mengatakan pada hari Selasa lalu bahwa Barat setuju untuk membahas larangan penyebaran rudal ke Eropa, pembatasan latihan militer dan langkah-langkah membangun kepercayaan lainnya, masalah yang diajukan Moskow beberapa tahun lalu.

Dia menambahkan bahwa Rusia bersedia untuk membahas masalah-masalah itu, tetapi hanya dalam hubungannya dengan masalah-masalah utama yang sangat penting baginya.

Sementara Scholz menegaskan bahwa ekspansi NATO ke arah timur “tidak ada dalam agenda, di mana semua orang tahu itu dengan baik,” Putin membalas bahwa Moskow tidak akan diredakan oleh jaminan seperti itu.

"Mereka memberi tahu kami bahwa itu tidak akan terjadi besok," kata Putin. “Nah, kapan itu akan terjadi? Lusa? Kami ingin menyelesaikan masalah ini sekarang sebagai bagian dari proses negosiasi melalui cara damai.”

Pada hari Selasa, serangkaian serangan siber melumpuhkan situs web tentara Ukraina, kementerian pertahanan dan bank-bank besar, serta Serhii Demediuk, pejabat No. 2 di Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina. Serangan itu menyalahkan Rusia.